Selamat Jalan Romo KH.R. Ahmad Fawaid As'ad

K.H.R. AHMAD FAIWAID AS'AD
Situbondo - Puluhan ribu pelayat dan santri mengantar Almarhum KHR. Ahmad Fawaid As'ad ke tempat peristirahatan terakhirnya. Kiai Fawaid dimakamkan disebelah makam ayahandanya KHR As'ad Syamsul Arifin dan Kakeknya KHR. Syamsul Arifin.

"Makam Kiai Fawaid berada persis di bawah kaki makam abahnya dan bersebelahan dengan makam Hj Zainiyah As'ad (kakak almarhum). Itu hasil rapat keluarga dan wakil pengasuh ponpes," tutur H.A Muhiyiddin Khatib, salah satu orang dekat keluarga almarhum KHR. Ach. Fawaid As’ad.

Jenazah almarhum KHR Fawaid As'ad dimakamkan sekitar pukul 19.40 WIB, di belakang Masjid Jamik Ibrahimy, Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo Asembagus.

Suasana histeris mengiringi proses pemakaman cucu KHR Syamsul Arifin itu. Sepanjang perjalanan dari rumah duka menuju Masjid Jamik Ibrahimy, mobil ambulance yang mengangkut jenazah terus dikerumuni ribuan pelayat.

Sembari terus mengumandangkan tahlil, sebagian pelayat memanggil-manggil nama Kiai Fawaid dengan histeris. Diantaranya juga melambaikan tangan saat mobil ambulance melintas.

Begitu tiba di Masjid Jamik Ibrahimy, jenazah langsung disalatkan dengan imam KH A Zuhri Zaini dari Paiton Probolinggp. Tampak ikut dalam jamaah salat janazah, adik kandung Kiai Fawaid yakni Romo KHR. Muhammad Kholil As'ad dan Ketua PWNU Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah.

Selain itu, sederet ulama dari berbagai daerah di Jawa Timur juga ikut hadir, di antaranya KH Muhyiddin Abdus Somad (Jember), KH Malik Sanusi dan KH Salwa Arifin (Bondowoso), dan KH A Dailami Ahmad (Banyuwangi).

Salat janazah diikuti oleh puluhan ribu jamaah hingga Masjid Jamik Ibrohimy yang berkapasitas 15 ribu orang itu tidak mampu menampung. Sehingga sebagian jamaah tumpah ke pelataran dan halaman masjid. Bahkan mereka juga tak beranjak saat hujan deras mengguyur lingkungan ponpes Sukorejo.

Pesan terakhir Kiai Fawaid kepada KH Syarifudin Damanhuri. "Beliau masih sempat bicara kepada saya nitip Santri, nitip pesantren dan nitip Alumni. Saat itu beliau terlihat susah bernafas.

Kyai Sepuh Serta Karismatik Itu Telah Berpulang - KH. ABDUALLAH FAQIH

Suara pembacaan tahlil dan surat yasin berkumandang di bumi Langitan. Ribuan Alumni dan masyarakat sekitar datang berta’ziyah di Langitan sejak malam hingga pagi tuk menghantar kepergian Beliau KH. Abdullah Faqih pengasuh Pondok Pesantren Langitan.

Nampak tamu yang telah datang KH. Zainuddin Pengasuh Pondok Pesantren Ploso, Wakil Bupati Saifullah Yusuf. Hingga saat ini sholat jenazah sudah 7 gelombang. Beliau lahir pada tanggal 02 Mei 1932 di Tuban dan wafat pada tanggal 29 Februari 2012.

Beliau dikenal dengan kyai sepuh serta karismatik. Beliau juga pernah menjadi penasehat Presiden pada zaman Gus Dur. Jenazah insya’allah akan dimakamkan di Pemakaman umum Widang pukul 12.00 wib.

Salah seorang dari 10 putra almarhum itu menceritakan, ayahandanya menjalani perawatan di Graha Amerta setelah mengalami stroke ringan akibat jatuh, namun setelah membaik akhirnya menjalani perawatan di rumah hingga meninggal dunia pada 29 Februari 2012.

Para wartawan yang ikut menjadi saksi saat-saat melambungnya nama "guru spiritual" almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada awal era reformasi (1998) itu akan tahu betapa almarhum tidak menyukai publikasi.

"Kami menerima pesan dari kiai, kiai tidak bersedia menerima wartawan," ujar santri almarhum bila ada wartawan yang datang untuk mewawancarainya.

Ya, nama Kiai Abdullah Faqih mencuat menjelang Sidang Umum MPR 1998, terutama berkaitan dengan pencalonan Gus Dur sebagai presiden, sehingga para wartawan pun memburunya.

Saat itu, suara kalangan "nahdliyin" (warga NU) terbelah, ada yang mendukung pencalonan Gus Dur dan ada yang sebaliknya.

Dalam situasi seperti itu, sejumlah kiai sepuh NU mengadakan pertemuan di Langitan, sehingga muncul istilah "Poros Langitan" yang fatwanya sangat berpengaruh pada pencalonan Gus Dur.

Pesan Kiai Abdullah Faqih untuk Gus Dur itu dibawa KH. A. Hasyim Muzadi (mantan Ketua Umum PBNU). Pesannya, "Kalau memang Gus Dur maju, ulama akan mendoakan". Restu Kiai Faqih itu membuat Gus Dur meneteskan air mata dan memeluk KHA Hasyim Muzadi.

"Sampaikan salam hormat saya kepada Kiai (Faqih). Katakan, Abdurrahman sampai kapan pun tetap seorang santri yang patuh kepada ucapan kiai," tutur Gus Dur kepada Hasyim Muzadi.


COPYRIGHT © 2012

Wahai Para Pencinta Nabi




Wahai Nabi, semoga keselamatan tetap untukmu
Wahai Rasul, semoga keselamatan tetap untukmu

Wahai kekasih, semoga keselamatan tetap untukmu.
juga rahmat Allah semoga tetap tercurah untukmu

Telah terbit bulan purnama menyinari kami.
Maka suramlah karenanya gurnama-purnama lain.

Tiadalah pernah kami melihat perumpamaan kebagusanmu.
Hanyalah engkau saja, wahai wajah yang berseri-seri.

engkaulah matahari, engkaulah purnama.
engkaulah cahaya di atas segala cahaya.

engkaulah emas murni dan yang sangat mahal.
engkaulah pelita penerang daIam dada.

Ingatkan PMII Tidak Melupakan NU

Mantan ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) H Ahmad Bagja berharap seluruh alumni dan kader PMII tidak melupakan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai basis kultural organisasi kemahasiswaan ini. PMII di awal pendiriannya dimaksudkan sebagai organisasi kemahasiswaan NU, meski dalam perjalanannya menyatakan tidak terikat secara organisatoris dengan NU.

Hal tersebut dikatakan Ahmad Bagdja dalam acara istighotsah dan refleksi Hari Kelahiran (Harlah) ke-50 PMII di halaman kantor Pengurus Besar PMII Jakarta, Sabtu (17/4) malam. Sejumlah alumni PMII hadir dalam acara ini termasuk Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Muhyiddin Arubusman dan Otong Abdurrahman.